Selasa, 30 November 2010

Musik Populer

Musik Populer
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Musik populer atau Musik pop adalah nama bagi aliran-aliran musik yang didengar luas oleh pendengarnya dan kebanyak bersifat komersial.
Musik populer pertama kali berkembang di Amerika Serikat pada tahun 1920 di mana rekaman pertama kali dibuat berdasarkan penemuan Thomas Edison, dibedakan dengan Musik Klasik, Musik Jazz, Musik Tradisional, Musik Blues, kemudian juga berkembang ke negara-negara lain sedunia.
Opini : I like pop Music . . very nice . . 










Musik Keroncong

Musik Keroncong 
Perkembangan kesenian music keroncong berawal pada saat Portugis masuk ke Indonesia. Sebuah jenis alat music Portugis yang disebut Fado memiliki kaitan dengan Keroncong. Awalnya Keroncong dimainkan oleh para Budak bersama dengan prajurit Portugis. Awalnya Keroncong disebut Moresco. Moresco adalah music dengan iringan biola, ukulele dan selo. Musik yang diiringi oleh alat music dawai. Bila kita mengacu pada budaya Betawi, kita juga dapat menemukan Keroncong Tugu. Keroncong Tugu juga meruapakan salah satu Kesenian Betawi yang popular selain Tanjidor.
Perpaduan keroncong dan gamelan semakin memberi warna pada budaya keroncong. Dipergunakannya seruling sebagai komponen gamelan dan cello merupakan sebuah improvisasi yang semakin memperindah keroncong. Tanpa pengembangan dan perbaikan, sebuah seni musik tidak akan mampu bertahan.
Usaha untuk mengembangkan music keroncong juga dilakukan dengan memasukkan alat music lain seperti gong, gendang, kenong, saron, suling bamboo dan rebab. Ukulele dan bas adalah alat music ritem yang memberikan latar belakang music untuk menimbulkan suasana khas kerongcong. Sedangkan Gitar dan Cello digunakan sebagai petunjuk akord. Melodi dimainkan oleh biola. Ukulele dibedakan menjadi dua yaitu ukulele duk dan ukulele cak. Ukulele cuk adalah ukulele atau sejenis gitar berdawai tiga. Dawai yang digunakan berjenis nilon. Untuk Ukulele Caj, dawai yang digukan adalah baja sebanyak 4 buah dawai. Urutan nada pada ukulele Cuk adalah G-B-E. Sedangkan untuk Ukulele Cak, nada yang digunakan adalah A-D-Fis dan B. Alat music lainnya yang digunakan adalah biola. Biola dalam hal ini digunakan untk mengganti kan Rebab sedangkan penggunaan Flute adalah untuk menggantikan Suling Bambu. Bila pada sebuah kesempatan pagelaran Keroncong, ternyara tidak terdapat ukulele, maka musisi keroncong dapat menggunakan gitar akustik. Telah disebutan diatas bahwa Gong juga diperlukan dalam bermusik Keroncong, Namun kontra bass juga dapat digunakan.
Warga masyarakat ternyata dapat berperan dalam pengembangan music Keroncong. Berbagai lomba Keroncong sering diadakan oleh televisi di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Perlombaan ini ternyata tidak dilewatkan oleh grup-grup Keroncong. Hal tersebut tampak jelas pada saat berlangsung nya Festival-festival Keroncong seperti Festival Keroncong Jawa Tengah. Di daerah Surabaya dan Malang, Jawa Timur terdapat sebuah Kelompok yang menamakan diri “Paguyuban Artis dan Musisi Order Keroncong Indonesia” yang disingkat Pamori. Pamori mendapatkan dukungan positif dari Lembaga Pendidikan seperti Universitas Brawijaya Malang. Untuk mengembangkan music tradisional perlu campur tangan dukungan berbagai pihak baik pemerintah, akademisi, professional dan pebisnis maupun penikmat musik. Semua pihak harus bekerjasama untuk melestarikan kebudayaan Nasional sehingga warisan leluhur dapat terus didengar secara langsung oleh generasi mendatang bukan hanya melalui rekaman CD music atau dalam bentuk digital file.
Opini : Bikin ngantuk nih lagu ini . . 



Musik Dangdut



Musik Dangdut
Mengistilahkan sebagai musik akar rumput pada jenis musik ini mengungkapkan betapa dangdut bagian tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Mendekatkan dangdut pada sosio kultur kehidupan rakyat wong cilik adalah prinsip yang mutlak di pegang oleh sebagian besar masyarakat kita. Ketika bertandang ke Pub Amerika, lalu ditanya, “whats music of ur country?”, Anda tak mungkin menjawab, Hip hop, Pop, atau Reggae, kecuali ada keangkuhan di hati, atau otak anda miring setengah waras. Jawabnya “dangdut is the music of my country”,jelas dan mengena. Mau atau tidak mau, yah begitulah adanya. Ini jika anda ber_WNI.

Bagi sejumlah orang, Dangdut tetap ingin diletakkan pada posisi marginal dalam kancah heterogenitas music tanah air. Entah mengapa, sedari awal pemosisian ini telah coba ditanam kuat. Missal, dangdut itu identik dengan layar tancap, dulu film-film Rhoma diputar di acara sedekahan desa, atau 17an. Dangdut adalah music wajib di terminal-terminal, warung-warung kaki lima hingga yang remang-remang. Dangdut cocok untuk iklan obat gosok, masuk angin, atau iklan layanan masyarakat_KBS_kalangan bawah sekali. Sebagain besar pengamen ibu kota menyanyikan lagu dangdut di Bus2, KA, Angkot, Lamongan, atau emperan. Pun bila anda suka dangdut, teman-teman lain akan senyum simpul_sembari tertawa. “Katro ni orang,” meminjam istilah Tukul Arwana.

Dangdut adalah bagian dari sebuah tema masyarakat KBS. Anggapan sebagian besar orang, Ia tak cocok ditempatkan atau disejajarkan dengan jenis hip hop, dkk yang belakangan hadir di permusikan tanah air. Padahal, selain dangdut, anda bisa mendengar Peterpan, Radja, Dewa, Mariah Carey bahkan Bob Marley di toilet-toilet umum, kaki lima pasar tradsional, atau panti pijat. Mempertanyakan kenapa stereotif music akar rumput melekat pada dangdut jelas mempesona dan mengundang beragam jawab. Ketika dangdut hanya dianggap sebagai sebuah genre music, itu bukan masalah. Mendekatkan dangdut pada massa strata terbawah juga ada benar. Tetapi ketika mendeskreditkan dangdut adalah music kacangan dan menempatkan dia pada posisi music ecek-ecek, ini masalah bisa juga mengundang masalah. Apalagi memegang prinsip dangdut adalah lagu untuk orang miskin. Ini luar biasa_luar biasa ngawur.

Sejarah Awal

Bicara sejarahnya, Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang berkembang di tanah air. Bentuk musik ini berakar dari musik Melayu pada 1940-an. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi). Perubahan arus politik Indonesia di akhir 1960-an membuka masuknya pengaruh musik barat yang kuat dengan masuknya penggunaan gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya. Sejak 1970-an dangdut boleh dikatakan telah matang dalam bentuknya yang kontemporer. Sebagai musik populer, dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh bentuk musik lain, mulai dari keroncong, langgam, degung, gambus, rock, pop, bahkan house music.

Penyebutan nama "dangdut" merupakan onomatope dari suara permainan tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang saja) yang khas dan didominasi oleh bunyi dang dan ndut. Nama ini sebetulnya adalah sebutan sinis dalam sebuah artikel majalah awal 1970-an bagi bentuk musik melayu yang sangat populer di kalangan masyarakat bawah.

Dangdut kontemporer telah berbeda dari akarnya, musik Melayu, meskipun orang masih dapat merasakan sentuhannya. Orkes Melayu (biasa disingkat OM, sebutan yang masih sering dipakai untuk suatu grup musik dangdut) yang asli menggunakan alat musik seperti gitar akustik, akordeon, rebana, gambus, dan suling, bahkan gong. Pada tahun 1950-an dan 1960-an banyak berkembang orkes-orkes Melayu di Jakarta yang memainkan lagu-lagu Melayu Deli dari Sumatera (sekitar Medan). Pada masa ini mulai masuk eksperimen masuknya unsur India dalam musik Melayu. Perkembangan dunia sinema pada masa itu dan politik anti-Barat dari Presiden Sukarno menjadi pupuk bagi grup-grup ini. Dari masa ini dapat dicatat nama-nama seperti P. Ramlee (dari Malaya), Said Effendi (dengan lagu Seroja), Ellya (dengan gaya panggung seperti penari India), Husein Bawafie sang pencipta Boneka dari India, Munif Bahaswan, serta M. Mashabi (pencipta skor film "Ratapan Anak Tiri" yang sangat populer di tahun 1970-an).

Gaya bermusik masa ini masih terus bertahan hingga 1970-an, walaupun pada saat itu juga terjadi perubahan besar di kancah musik Melayu yang dimotori oleh Soneta Group pimpinan Rhoma Irama. Beberapa nama dari masa 1970-an yang dapat disebut adalah Mansyur S., Ida Laila, A. Rafiq, serta Muchsin Alatas. Populernya musik Melayu dapat dilihat dari keluarnya beberapa album pop Melayu oleh kelompok musik pop Koes Plus di masa jayanya.

Dangdut modern, yang berkembang pada awal tahun 1970-an sejalan dengan politik Indonesia yang ramah terhadap budaya Barat, memasukkan alat-alat musik modern Barat seperti gitar listrik, organ elektrik, perkusi, terompet, saksofon, obo, dan lain-lain untuk meningkatkan variasi dan sebagai lahan kreativitas pemusik-pemusiknya. Mandolin juga masuk sebagai unsur penting. Pengaruh rock (terutama pada permainan gitar) sangat kental terasa pada musik dangdut. Tahun 1970-an menjadi ajang 'pertempuran' bagi musik dangdut dan musik rock dalam merebut pasar musik Indonesia, hingga pernah diadakan konser 'duel' antara Soneta Group dan God Bless. Praktis sejak masa ini musik Melayu telah berubah, termasuk dalam pola bisnis bermusiknya.

Pada paruh akhir dekade 1970-an juga berkembang variasi "dangdut humor" yang dimotori oleh OM Pancaran Sinar Petromaks (PSP). Orkes ini, yang berangkat dari gaya musik melayu deli, membantu diseminasi dangdut di kalangan mahasiswa. Subgenre ini diteruskan, misalnya, oleh OM Pengantar Minum Racun (PMR) dan, pada awal tahun 2000-an, oleh Orkes Pemuda Harapan Bangsa (PHB).

Bangunan lagu

Meskipun lagu-lagu dangdut dapat menerima berbagai unsur musik lain secara mudah, bangunan sebagian besar lagu dangdut sangat konservatif, sebagian besar tersusun dari satuan delapan birama 4/4. Jarang sekali ditemukan lagu dangdut dengan birama 3/4, kecuali pada lagu-lagu masa Melayu Deli (contoh: Burung Nuri). Lagu dangdut juga miskin improvisasi, baik melodi maupun harmoni. Sebagai musik pengiring tarian, dangdut sangat mengandalkan ketukan tabla dan sinkop.

Intro dapat berupa vokal tanpa iringan atau berupa permainan seruling, selebihnya merupakan permainan gitar atau mandolin. Panjang intro dapat mencapai delapan birama. Bagian awal tersusun dari delapan birama, dengan atau tanpa pengulangan. Jika terdapat pengulangan, dapat disela dengan suatu baris permainan jeda. Bagian ini biasanya berlirik pengantar tentang isi lagu, situasi yang dihadapi sang penyanyi.

Lagu dangdut standar tidak memiliki refrain, namun memiliki bagian kedua dengan bangunan melodi yang berbeda dengan bagian pertama. Sebelum memasuki bagian kedua biasanya terdapat dua kali delapan birama jeda tanpa lirik. Bagian kedua biasanya sepanjang dari dua kali delapan birama dengan disela satu baris jeda tanpa lirik. Di akhir bagian kedua kadang-kadang terdapat koda sepanjang empat birama. Lirik bagian kedua biasanya berisi konsekuensi dari situasi yang digambarkan bagian pertama atau tindakan yang diambil si penyanyi untuk menjawab situasi itu.

Setelah bagian kedua, lagu diulang penuh dari awal hingga akhir. Lagu dangdut diakhiri pada pengulangan bagian pertama. Jarang sekali lagu dangdut diakhiri dengan fade away.

Interaksi dengan musik lain

Dangdut sangat elastis dalam menghadapi dan mempengaruhi bentuk musik yang lain. Lagu-lagu barat populer pada tahun 1960-an dan 1970-an banyak yang didangdutkan. Genre musik gambus dan kasidah perlahan-lahan hanyut dalam arus cara bermusik dangdut. Hal yang sama terjadi pada musik tarling dari Cirebon sehingga yang masih eksis pada saat ini adalah bentuk campurannya: tarlingdut.

Musik rock, pop, disko, house bersenyawa dengan baik dalam musik dangdut. Demikian pula yang terjadi dengan musik-musik daerah seperti jaipongan, degung, tarling, keroncong, langgam Jawa (dikenal sebagai suatu bentuk musik campur sari yang dinamakan congdut, dengan tokohnya Didi Kempot), atau zapin.

Mudahnya dangdut menerima unsur 'asing' menjadikannya rentan terhadap bentuk-bentuk pembajakan, seperti yang banyak terjadi terhadap lagu-lagu dari film ala Bollywood dan lagu-lagu latin. Kopi Dangdut, misalnya, adalah "bajakan" lagu yang populer dari Venezuela.
Memposisikan Dangdut

Sama seperti halnya Anda ke warung Padang, Jika anda beli rendang, teman satu lagi beli kikil, tak mungkin lah anda lalu menyimpulkan ia makan menu tak bermutu. Enggak logis banget. Sama seperti halnya dengan bermusik, jika suka dangdut tak bisa kita berfikir ini music rendahan banget. Its only about how to behave in difference!. Ini adalah sebuah perbedaan sahaja. Lalu karena berbeda lah, ada penyikapan secara adil dan proporsional terhadapnya.

Harus diakui, dangdut tak bisa dilepaskan dari tarian dan goyangan erotis, semisal polemik besar kebudayaan di Indonesia pada tahun 2003 akibat protes Rhoma Irama nya terhadap gaya panggung penyanyi dangdut dari Jawa Timur, Inul Daratista, dengan goyang ngebor-nya yang dicap dekaden serta "merusak moral". Jauh sebelumnya, dangdut juga telah mengundang perdebatan dan berakhir dengan pelarangan panggung dangdut dalam perayaan Sekaten di Yogyakarta. Perdebatan muncul lagi-lagi akibat gaya panggung penyanyi (wanita)-nya yang dinilai terlalu "terbuka" dan berselera rendah, sehingga tidak sesuai dengan misi Sekaten sebagai suatu perayaan keagamaan. Baru baru ini Majelis Ulama Indonesia di berbagai daerah melarang beberapa penyanyi dangdut untuk mengisi acara pilkada.

Dangdut memang disepakati banyak kalangan sebagai musik yang membawa aspirasi kalangan masyarakat kelas bawah dengan segala kesederhanaan dan kelugasannya. Ciri khas ini tercermin dari lirik serta bangunan lagunya. Gaya pentas yang sensasional tidak terlepas dari nafas ini. Fenomena ini yang menjadi salah satu penilaian rendahnya music dangdut.

Berbicara atraksi seni, pada music hip hop, juga dengan mudah ditemukan penyanyi yang vulgar, atraksi ngedance yang mengundang selera. Pada music lain juga kita masih bisa lihat dan saksikan penampilan artis yang seksi abis. Bahkan pada beberapa konser music pop atau rock, penonton ada yang tawuran, sampai bunuh membunuh. Ingat konser, music underground di Bandung beberapa waktu lalu yang memakan korban jiwa anak muda.

Harus ada penyamaan pemikiran dalam penilaian sebuah kreativitas seni. Menyamaratakan dangdut sebagai music katro dan tak layak adalah distorsi sebuah karya seni. Sungguh sebuah ketidak adilan yang sengaja dibiarkan tumbuh dan berkembang.
Isu Kapitalisme. 
Opini : Saya paling males banget dengernya . . 



Musik Seriosa


Seriosa
Musik Seriosa, Riwayatmu Doeloe

Jakarta, 13 Juli 2001 20:32
SELAMA sekitar 25 tahun pertama sesudah Proklamasi Kemerdekaan, Radio Republik Indonesia (RRI) menjadi semacam katalisator atau pusat perkembangan musik Indonesia. Periode 1950-an dan 1970-an adalah tahun-tahun sangat menentukan bagi perkembangan awal musik Indonesia, terutama lewat forum Bintang Radio. Kompetisi tarik suara ini dibagi dalam tiga kategori jenis musik: hiburan, keroncong, dan seriosa.

Walaupun tidak berwacana politik, kegiatan Bintang Radio sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari semangat kebangsaan yang sedang tumbuh. Pada 1950, tepatnya pada pidato kenegaraan 17 Agustus, Bung Karno dengan tegas memproklamasikan Republik Indonesia yang sebelumnya disulap Belanda menjadi Republik Indonesia Serikat, kembali menjadi negara kesatuan.

Karena hampir semua orang asing yang menjadi tenaga ahli meninggalkan Indonesia, muncullah dilema besar, yaitu siapa yang harus menggantikan peran mereka. Dari situ lantas lahir semangat baru dalam bentuk kredo: kemerdekaan harus diisi oleh bangsa sendiri. Di kota-kota besar, minimal di ibu kota provinsi, ada sekian orkes atau simfoni orkestra bentukan Belanda di masa lalu.

Beberapa di antaranya berumur cukup tua dan terkenal. Orkes-orkes itu, karena imbas perubahan zaman, ditinggalkan begitu saja oleh sebagian besar pemainnya yang harus pulang ke negara asal mereka. Stasiun radio menjadi vakum. Tapi RRI, yang sejak lahirnya mempunyai moto ''sekali di udara tetap di udara'', harus tetap siar suara.

Maka direkrutlah tenaga-tenaga baru untuk mengisi kemerdekaan di bidang penyiaran radio. Dalam hal musik, rekrutmen itu tidak hanya menyangkut orang, melainkan juga agenda programa dan visi ke depan penyiaran politik budaya (yang di zaman Orde Baru kemudian dipelintir menjadi budaya politik). RRI lantas menjadi semacam pusat pengembangan musik yang sangat ekstensif di Indonesia.

Yang direkrut bukan hanya para pemain musik (instrumentalis dan vokalis), melainkan juga pemimpin orkes (dirigen), pencipta musik (komponis dan arranger), pengiring piano (corepetitor), penyusun acara, dan pelaksana agenda musik. Yang paling menentukan adalah lahirnya model pertama musik Indonesia dari terciptanya ratusan repertoar musik baru yang dimainkan melalui siaran radio.

RRI pun lalu identik dengan musik. Salah satu agenda RRI yang paling pantas dicatat dalam sejarah musik Indonesa adalah diselenggarakannya acara tahunan Bintang Radio. Kompetisi ini diselenggarakan melalui tahapan seleksi yang sangat ketat, baik pada tingkat daerah, provinsi, maupun nasional, dalam suatu trilogi kompetisi.

Musik hiburan, yang adalah genus musik pergaulan (entertainment music) Indonesia pertama banyak berasosiasi dengan lagu-lagu rakyat Indonesia dan lagu-lagu Barat, terutama musik populer Amerika dan Eropa. Musik keroncong adalah suatu sinkretik budaya antara musik Indonesia yang bersistem teknik ''Barat'' dan karakteristik kothekan dan tembang yang ada pada pola permainan musik gamelan.

Sebagai festival musik yang sangat kompetitif, untuk mencapai tahapan final di tingkat nasional setiap peserta harus melewati sembilan kali seleksi. Suara dan teknik menyanyi para Bintang Radio di ketiga kategori itu telah menjadi model gaya bernyanyi orang Indonesia hingga sekarang. Untuk menyebut sedikit penyanyi Bintang Radio yang telah menjadi ikon dalam bidangnya adalah Sam Saimun, Bing Slamet, Titiek Puspa, Andy Mulya, Bob Tutupoli, Harvey Malaiholo, Sayekti, Sundari Soekotjo, Kamsidi, Waldjinah, Pranadjaja, Ping Astono, Ade Ticoalu, Norma Sanger, dan Pranawengrum Katamsi.

Di antara mereka ada yang masih bertahan hingga hari ini. Hal itu menunjukkan bagaimana bagusnya tingkat kualifikasi festival Bintang Radio di masa itu. Lalu, mengapa kategori ketiga --konon kategori yang paling dianggap bergengsi-- disebut ''musik seriosa''? Istilah musik seriosa sesungguhnya agak berlebihan.

Yang dimaksud dengan musik seriosa dalam Bintang Radio itu sesungguhnya tak lain adalah bagian dari suatu seni olah suara (menyanyi) dengan teknik tertentu, diiringi piano atau aransemen orkes, dalam membawakan lagu-lagu pendek dalam bentuk lied form yang bermatra tiga frase sederhana: awal, sisipan, dan ulangan.

Dilihat dari bentuk penulisan dan pembawaannya pun sesungguhnya masih terlalu sederhana untuk dibilang seni serios(a). Istilah musik seriosa yang kedengaran agak keitalia-italiaan itu sebenarnya berasal dari pemilahan khazanah musik di Amerika dan Eropa di awal perkembangan industri musik sesudah Perang Dunia II.

Orang Amerika, karena peraturan pajak, Undang-Undang Perburuhan, dan sebagainya, memilah musik dengan sebutan serious music dan entertainment music. Orang Jerman bilang(U)ntherhaltung musik dan (E)rnst musik. Artinya, musik hiburan dan musik serius (sungguh-sungguh dan penting).

Tapi, di sana istilah ini dikenakan bukan hanya untuk membedakan jenis vokal, melainkan dipakai untuk membedakan semua jenis komposisi musik. Istilah yang cepat tidak up to date ini diimpor ke Indonesia oleh Amir Pasaribu untuk memberi ciri salah satu kategori Bintang Radio yang dilombakan pertama kali pada 1952.

Maka begitulah, musik seriosa pun lantas sering dianggap sedikit lebih seru dan prestisius dari yang lain. Sejarahnya agak aneh tapi menarik. Pada awal 1950-an itu, beberapa kaum pejuang yang terpelajar dan mendapat pendidikan apresiasi musik di sekolah-sekolah Belanda sering terlibat dalam pergaulan musik di RRI.

Mereka antara lain Amir Pasaribu, Cornell Simandjuntak, Binsar Sitompoel, Syaiful Bachri, Ismail Marzuki, R.A.J. Soedjasmin, Koesbini, kemudian juga generasi berikutnya yang lebih muda seperti Iskandar, Isbandi, Syafi'i Embut, Soedharnoto, Soebronto K. Atmodjo, Harry Mulyono, dan F.X. Soetopo. Merekalah para komponis dan penulis lagu kontributor utama kompetisi Bintang Radio.

Lagu-lagu mereka menjadi standar pertama seleksi Bintang Radio, baik tingkat daerah maupun tingkat nasional. Anehnya, lagu-lagu mereka adalah suatu adaptasi inspiratif model bentuk lieder, perkembangan musik zaman Romantik yang mekar di Eropa, 150 sampai 200 tahun sebelumnya. ''Romantism'' keindonesiaan mereka tampak jelas pada lagu-lagu seperti Kemuning (Cornell Simandjuntak), Citra (Cornell Simandjuntak-Usmar Ismail), Wanita (Ismail Marzuki), Ave Maria(R.A.J. Soedjasmin-Chairil Anwar), dan Puisi Rumah Bambu (F.X. Soetopo), Sejuta Bintang (Syaiful Bachri).

Fragmentasi karya-karya kumpulan buku-buku lieder para komponis Romantik Schubert, Mendelssohn, Schumann, Brahms, atau aria-aria pendek komponis Opera Romantik Puccini, Gound, Mascagani, Bizet, Strauss, menjadi oasis, sumber penciptaan lagu-lagu kecil musik seriosa para komponis awal Indonesia itu.

Sangat mengherankan bahwa mereka sepertinya sama sekali tak terinspirasi oleh para komponis yang lebih fundamental, seperti Bach, Mozart, Beethoven, atau komponis-komponis yang lebih dekat dengan zaman mereka, seperti Debussy, Bartok, dan Stravinsky. Tapi, hal ini bisa dimengerti bila diingat bahwa sesungguhnya lagu-lagu pendek mendayu-merdu-merayu dari para komponis Romantik yang mudah masuk selera itu rasanya memang lebih dekat dengan apresiasi ditentantispara komponis Indonesia dari dulu hingga sekarang.

Bagaimanapun, para komponis pendahulu Indonesia masa Bintang Radio itu telah menguak jalan bagi perkembangan musik Indonesia. Kepioniran mereka mirip dengan kepeloporan juru gambar dalam sejarah seni lukis Indonesia, roman picisan dalam sastra Indonesia, atau tonil dan sandiwara dalam dunia teater dan film Indonesia.

Bedanya, perkembangan musik seriosa Indonesia itu, mungkin karena kurang berakar dan kurang konsisten sejak akhir 1970-an, berhenti pada platform kebuntuan, ketika tidak lagi muncul peristiwa-peristiwa baru. Tidak muncul karya-karya baru, dan tidak muncul seniman-seniman baru dengan segala pendukungnya seperti pada awal pertumbuhannya.

Inspirasi kebangsaan pun telah pingsan. Maka berhentilah konstruksi kekreatifan itu ketika bangunan spirit fundamental yang menopangnya juga ambruk. Apalagi, sejak 1980-an, RRI tidak lagi menjadi katalisator musik di Indonesia. Surutnya musik seriosa Indonesia mengiringi surutnya peran RRI.
Opini : Musik Seriosa kadang-kadang enak di dengernya kadang-kadang nggak enak di dengar .







Musik Stambul


MUSIK STAMBUL
Ukulele ditemukan pada tahun 1879 di Hawaii, sehingga diperkirakan pada tahun berikutnya Keroncong baru menjelma pada tahun 1880, di daerah Tugu kemudian menyebar ke selatan daerah Kemayoran dan Gambir (lihat ada lagu Kemayoran dan Pasar Gambir, sekitar tahun 1913). Komedie Stamboel 1891-1903 lahir di Kota Pelabuhan Surabaya tahun 1891, berupa Pentas Gaya Instanbul, yang mengadakan pertunjukan keliling di Hindia Belanda, Singapura, dan Malaya lewat jalur kereta api maupun kapal api. Pada umumnya pertunjukan meliputi Cerita 1001 Malam (Arab) dan Cerita Eropa (Opera maupun Rakyat), termasuk Hikayat India dan Persia. Sebagai selingan, antar adegan maupun pembukaan, diperdengarkan musik mars, polka, gambus, dan keroncong. Khusus musik keroncong dikenal pada waktu itu Stambul I, Stambul II, dan Stambul III.
Pada waktu itu lagu Stambul berirama cepat (sekitar meter 120 untuk satu ketuk seperempat nada), di mana Warga Kampung Tugu menyebut sebagai Keroncong Portugis, sedangkan Gesangmenyebut sebagai Keroncong Cepat, dan berbaur dengan Tanjidor yang asli Betawi. Pada masa ini dikenal para musisi Indo, dan pemain biola legendaris adalah M. Sagi (perhatikan rekaman Idris Sardi main biola lagu Stambul II Jali-jali berdasarkan aransemen dari M. Sagi). Seperti diketahui bahwa panjang lagu stambul adalah 16 birama, yang terdiri atas:

Stambul I:

Lagu ini misalnya Terang Bulan, Potong Padi, Nina Bobo, Sarinande, O Ina Ni Keke, Bolelebo, dll. dengan struktur bentuk A - B - A - B atau A - B - C - D (16 birama):
  • |I , , , |, , , , |, , , , |V7, , , |
  • |, , , , |, , , , |, , , , |I , , , |
  • |I7, , , |IV, , , |, , V7, |I , , , |
  • |, , , , |V7, , , |, , , , |I , , , ||

Stambul II:

Lagu ini misalnya Si Jampang, Jali-Jali, di mana masuk pada Akord IV sebagai ciri Stambul II dengan struktur A - B - A - C (16 birama):
  • |I . . . |. . . . |. . . . |IV, , , | (tanda . artinya tacet)
  • |, , , , |, , , , |, , V7, |I , , , |
  • |, , , , |, , , , |, , , , |V7, , , |
  • |, , , , |, , , , |, , , , |I , , , ||

Stambul III:

Lagu ini misalnya Kemayoran, di mana mirip dengan Keroncong A sli sehingga sering salah diucapkan dengan Kr. Kemayoran, yang seharusnya Stambul III Kemayoran, dengan struktur Prelude - A - Interlude - B - C (16 birama):
  • Pr|I , , , |, , , , | Prelude 2 birama
  • A1|, , , , |, , , , |
  • A2|II#, , ,|V7, , , | Modulasi 2 birama
  • In|, , , , |IV, , , | Interlude 2 birama
  • B1|, , , , |I , , , |
  • B2|V7, , , |I , , , |
  • C1|, , , , |, , , , |
  • C2|V7, , , |I , , , ||
Opini : Mmmm apa ya , saya belum bisa berkomentar karna saya belum pernah mendengar jenis musik ini . .




Musik Perjuangan

Musik Perjuangan

Pada masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia, komponis pejuang Indonesia turut berperan dalam perjuangan kemerdekaan dengan menciptakan komposisi lagu yang disebut dengan lagu-lagu perjuangan. Lagu-lagu perjuangan dapat membangkitkan semangat juang untuk membela tanah air, misalanya lagu-lagu yang sudah ditetapkan sebagai lagu-lagu wajib Nasional.

Ciri-Ciri lagu perjuangan:

  • kebanyakan diciptakan pada masa perjuangan sekitar tahun 1945 – 1950
  • Syair lagu biasanya dapat membangkitkan semangat perjuangan.

Bentuk komposisi lagu perjuangan ada dua macam, yakni lagu perjuangan dengan semangat berkobar (bentuk Mars), dan lagu-lagu yang menyentuh perasaan (bentuk Hymne).

Bentuk lagu MARS

Mars atau sering disebut Marcia merupakan bentuk lagu yang biasanya digunakan untuk mengiringi parade atau prosesi. Dan sering juga lagu bentuk mars dapat digunakan untuk gerak jalan, seperti pada drum band atau marching band.

Pada lagu mars, birama dapat bervariasi antara lain dari 2/4, 4/4, atau 6/8 dengan aksen pada tiap ketukan. Karena bentuk dan irama permainannya, maka lagu mars menjadi sebuah lagu yang cenderung bersifat memberi semangat, riang dan menghentak-hentak.

Contoh lagu perjuangan yang berbentuk mars antara lain, Indonesia Raya, Maju Tak gentar, Halo-Halo Bandung, dan lain sebagainya.

Bentuk lagu Hymne

Hymne atau gita puja adalah sejenis nyanyian pujaan, biasanya pujaan ditujukan untuk Tuhan atau Dewa. Selain sebagai pujaan hymne juga sebagai bentuk lagu untuk mendoakan, memberi kesan agung, atau pun rasa syukur yang disampaikan dalam bentuk lagu. Kata "hymne" sendiri diserap dari bahasa Yunaniμνοςhymnos "gita puja", yang berasal dari akar kata Proto-Indo-Eropa *sh2em- "menyanyi" dan berkerabat dengan kata Hititamai "ia menyanyi" dan Sansekerta sāman "nyanyian".

Contoh lagu perjuangan yang berbentuk hymne antara lain, Syukur, Gugur Bunga, Mengheningkan Cipta dan lain sebagainya.

Catatan : Hymnology adalah ilmu yang mempelajari sejarah, sastra, musik, teologia, dan latar belakang penulisan lagu dan pencipta lagu himne.
Opini : bagus untuk di dengar . . 

Musik Daerah


Lagu daerah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lagu daerah atau musik daerah atau lagu kedaerahan, adalah lagu atau musik yang berasal dari suatu daerah tertentu dan
menjadi populer dinyanyikan baik oleh rakyat daerah tersebut maupun rakyat lainnya. Pada umumnya pencipta
lagu daerah ini tidak diketahui lagi alias noname.
Lagu kedaerahan mirip dengan lagu kebangsaan, namun statusnya hanya bersifat kedaerahan saja.
Lagu kedaerahan biasanya memiliki lirik sesuai dengan bahasa daerahnya masing-masing. Misalkan lagu kedaerahan Bali adalah Bali Jagaddhita.
Lagu daerah atau musik daerah ini biasanya muncul dan dinyanyikan atau
dimainkan pada tradisi-tradisi tertentu pada masing-masing daerah, misal pada saat menina-bobok-kan anak, permainan anak-anak,
hiburan rakyat, pesta rakyat, perjuangan rakyat, dan lain sebagainya.
Opini : Musik Daerah adalah musik yang menggunakan alat-alat musik tradisional menurut saya .