Rabu, 13 April 2011

Lagu Daerah Aceh

Video dan MP3 Lagu Piso Surit





Video dan MP3 Lagu Bungong Jeumpa



Letak Geografis Aceh

Letak Geografis Aceh

Aceh terletak di koordinat titik 1º 40' - 6º 30' LU
94º 40' - 98º 30'
 BT
Dengan luas 55.390 km2

Alat-alat Musik Aceh

SERUNE KALEE

Serune Kalee adalah instrumen tiup tradisional Aceh yaitu sejenis Clarinet terutama terdapat di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar, dan Aceh Barat. Alat ini terbuat dari kayu, bagian pangkal kecil serta di bagian ujungnya besar menyerupai corong. Di bagian pangkal terdapat piringan penahan bibir peniup yang terbuat dari kuningan yang disebut perise.
Serune ini mempunyai 7 buah lobang pengatur nada. Selain itu terdapat lapis kuningan serta 10 ikatan dari tem­baga yang disebut klah (ring) serta berfungsi sebagai penga­manan dari kemungkinan retak/pecah badan serune terse­but. Alat ini biasanya digunakan bersama genderang clan rapai dalam upacara-upacara maupun dalam mengiringi tarian-tarian tradisional.
RAPAI

Rapai merupakan sejenis alat instrumen musik tradisio­nal Aceh, sama halnya dengan gendang. Rapai dibuat dari kayu yang keras (biasanya dari batang nangka) yang setelah dibulatkan lalu diberi lobang di tengahnya. Kayu yang telah diberi lobang ini disebut baloh. Baloh ini lebih besar bagian atas dari pada bagian bawah. Bagian atas ditutup dengan kulit kambing sedangkan bawahnya dibiarkan terbuka. Penjepit kulit atau pengatur tegangan kulit dibuat dari rotan yang dibalut dengan kulit. (Penjepit ini dalam bahasa Aceh disebut sidak).
Rapai digunakan sebagai alat musik pukul pada upa­cara-upacara terutama yang berhubungan dengan keagama­an, perkawinan, kelahiran dan permainan tradisional yaitu debus. Memainkan rapai dengan cara me­mukulnya dengan tangan dan biasanya dimainkan oleh kelompok (group). Pemimpin permainan rapai disebut syeh atau kalipah.

GENDANG (GEUNDRANG)
Gendang terdapat hampir di seluruh daerah Aceh. Gen­dang berfungsi sebagai alat musik tradisional, yang bersama-­sama dengan alat musik tiup seurune kalee mengiringi setiap tarian tradisional baik pada upacara adat maupun upacara iainnya.
Alat ini terbuat dari kayu nangka, kulit kambing dan rotan. Pembuatan gendang yaitu dengan melubangi kayu nangka yang berbentuk selinder sedemikian rupa sehingga badan gendang menyerupai bambam. Pada permukaan lingkarannya (kiri-kanan) dipasang kulit kambing, yang sebelumnya telah dibuat ringnya dari rotan dengan ukuran persis seperti ukuran lingkaran gen­dangnya.
Sebagai alat penguat/pengencang permukaan kulit dipakai tali yang juga terbuat dari kulit. Tali ini menghubungkan antara kulit gendang yang kanan dengan kiri. Alat pemukul (stick) gendang juga dibuat dari kayu yang dibengkakkan pada ujungnya yaitu bagian yang dipukul ke kulit.







Perkembangan Musik di Berbagai Daerah terutama di Aceh



Perkembangan Musik
Dalam sejarah kehidupan manusia, musik merupakan bagian yang hidup dan berkembang sejalan dengan perkembangan manusia itu sendiri.

Musik oleh manusia dijadikan sebagai media untuk menuturkan sesuatu dari dalam jiwanya yang tidak mampu dibahasakan melalui bahasa konvensional. Seni musik merupakan bagian dari proses kreatif manusia dalam mengolah bunyi-bunyian yang tercipta oleh alam. Unsur bunyi alam seperti suara unggas, denting kayu, gesekan bambu, rintik hujan dan sebagainya, diolah ke dalam bentuk instrumen musik yang tercipta dari tingkat ketrampilan dan pemahaman seniman tentang keselarasan bunyi instrumen dengan ritme kehidupan alam lingkungan sekitarnya.

Asal-usul tentang bunyi instrumen musik menurut para ahli dilahirkan dari segala upaya manusia meniru suara alam. Usaha manusia dalam keadaan seseorang diri terekam dalam kondisi lingkungannya yang diam, sepi dan membungkam. Saat itu manusia merasakan kekosongan bathin dan kesendirian dirinya. Suasana ini dapat terjadi ketika berada di kebun malam hari, dalam perjalanan, menghadapi masalah pelik, berada dalam transisi jenjang kehidupan biologis, harga diri yang terluka, kedukaan dan suasana spikologis lainnya.

Lahirnya musik tradisional tidak secara spontan. Bunyi-bunyian tercipta dari upaya manusia dalam meniru suara alam, suara bintang, kicauan burung, desau angin dari gesekan yang terjadi dari dalam pohon dan sebagainya. Dengan latar belakang penciptaan yang sama, beberapa alat musik yang tercipta memiliki banyak kesamaan, baik dari bahan, cara pembuatan, bentuk dan cara memainkannya. Kesamaan instrumen yang dihasilkan menunjukkan adanya kontak antar kelompok masyarakat.

Sementara itu menurut Curt Sach, tumbuh dan berkembangnya suatu musik melalui proses evaluasi. Musik yang paling tua sekali adalah berbentuk tepukan-tepukan pada anggota badan manusia. Untuk membedakan warna bunyinya mereka menepukkan tangannya ke bagian perut dengan mengembungkan dan mengecilkan perutnya. Perkembangan selanjutnya, manusia melalui musik menggunakan bahan-bahan kayu dan bambu sebagai alat musik.

Musik terdapat dalam setiap kebudayaan. Musik pada awalnya juga dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan sakral dan upacara-upacara yang berhubungan dengan kepercayaan dan adat. Musik dipergunakan sebagai sarana untuk membangkitkan semangat, menyemarakkan suasana, mengiringi gerak tari dan sebagai media kesurupan (trance).

Di daerah-daerah seperti Sumatera, Jawa, Bali serta beberapa daerah lainnya musik dipergunakan untuk penobatan raja, menyambut tamu kehormatan, pemberangkatan perang, perayaan kemenangan dan lain-lain.

Pada perkembangan selanjutnya, seni musik juga berkembang sebagai bentuk seni pertunjukan dengan sasaran hiburan semata-mata. Sedangkan pemanfaatnya ada yang semata-mata untuk tujuan menghasilkan bunyi-bunyian, sebagai tanda tertentu ataupun sebagai pengiring lagu, syair dan tari.Musik Alat musik ini dalam menghasilkan bunyi dipraktekkan dengan ditiup, dipukul, digesek dan dipetik.
Di sumatera, musik tradisional juga dipengaruhi oleh unsur-unsur kebudayaan Arab dan Barat. Sebagai contoh, setelah datangnya pengaruh Arab muncul kesenian yang menggunakan rebana dengan menyenandungkan syair-syair keagamaan. Kemudian berkembang musik gambus untuk mengeringi lagu-lagu, tari maupun instrumental. Musik gambus ini selain menggunakan alat musik petik, juga dimainkan alat-alat musik lain seperti gendang, seruling, juga menggunaka biola, terompet dan accordion yang merupakan pengaruh barat.
 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia merupakan salah daerah yang kaya akan kebudayaan. Sejarah telah membuktikan semenjak adanya kerajaan-kerajaan kecil di masa silam sampai Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya hingga dewasa ini Aceh tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaannya bahkan nilai-nilai budaya ini menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Aceh.

Selasa, 30 November 2010

Musik Populer

Musik Populer
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Musik populer atau Musik pop adalah nama bagi aliran-aliran musik yang didengar luas oleh pendengarnya dan kebanyak bersifat komersial.
Musik populer pertama kali berkembang di Amerika Serikat pada tahun 1920 di mana rekaman pertama kali dibuat berdasarkan penemuan Thomas Edison, dibedakan dengan Musik Klasik, Musik Jazz, Musik Tradisional, Musik Blues, kemudian juga berkembang ke negara-negara lain sedunia.
Opini : I like pop Music . . very nice . . 










Musik Keroncong

Musik Keroncong 
Perkembangan kesenian music keroncong berawal pada saat Portugis masuk ke Indonesia. Sebuah jenis alat music Portugis yang disebut Fado memiliki kaitan dengan Keroncong. Awalnya Keroncong dimainkan oleh para Budak bersama dengan prajurit Portugis. Awalnya Keroncong disebut Moresco. Moresco adalah music dengan iringan biola, ukulele dan selo. Musik yang diiringi oleh alat music dawai. Bila kita mengacu pada budaya Betawi, kita juga dapat menemukan Keroncong Tugu. Keroncong Tugu juga meruapakan salah satu Kesenian Betawi yang popular selain Tanjidor.
Perpaduan keroncong dan gamelan semakin memberi warna pada budaya keroncong. Dipergunakannya seruling sebagai komponen gamelan dan cello merupakan sebuah improvisasi yang semakin memperindah keroncong. Tanpa pengembangan dan perbaikan, sebuah seni musik tidak akan mampu bertahan.
Usaha untuk mengembangkan music keroncong juga dilakukan dengan memasukkan alat music lain seperti gong, gendang, kenong, saron, suling bamboo dan rebab. Ukulele dan bas adalah alat music ritem yang memberikan latar belakang music untuk menimbulkan suasana khas kerongcong. Sedangkan Gitar dan Cello digunakan sebagai petunjuk akord. Melodi dimainkan oleh biola. Ukulele dibedakan menjadi dua yaitu ukulele duk dan ukulele cak. Ukulele cuk adalah ukulele atau sejenis gitar berdawai tiga. Dawai yang digunakan berjenis nilon. Untuk Ukulele Caj, dawai yang digukan adalah baja sebanyak 4 buah dawai. Urutan nada pada ukulele Cuk adalah G-B-E. Sedangkan untuk Ukulele Cak, nada yang digunakan adalah A-D-Fis dan B. Alat music lainnya yang digunakan adalah biola. Biola dalam hal ini digunakan untk mengganti kan Rebab sedangkan penggunaan Flute adalah untuk menggantikan Suling Bambu. Bila pada sebuah kesempatan pagelaran Keroncong, ternyara tidak terdapat ukulele, maka musisi keroncong dapat menggunakan gitar akustik. Telah disebutan diatas bahwa Gong juga diperlukan dalam bermusik Keroncong, Namun kontra bass juga dapat digunakan.
Warga masyarakat ternyata dapat berperan dalam pengembangan music Keroncong. Berbagai lomba Keroncong sering diadakan oleh televisi di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Perlombaan ini ternyata tidak dilewatkan oleh grup-grup Keroncong. Hal tersebut tampak jelas pada saat berlangsung nya Festival-festival Keroncong seperti Festival Keroncong Jawa Tengah. Di daerah Surabaya dan Malang, Jawa Timur terdapat sebuah Kelompok yang menamakan diri “Paguyuban Artis dan Musisi Order Keroncong Indonesia” yang disingkat Pamori. Pamori mendapatkan dukungan positif dari Lembaga Pendidikan seperti Universitas Brawijaya Malang. Untuk mengembangkan music tradisional perlu campur tangan dukungan berbagai pihak baik pemerintah, akademisi, professional dan pebisnis maupun penikmat musik. Semua pihak harus bekerjasama untuk melestarikan kebudayaan Nasional sehingga warisan leluhur dapat terus didengar secara langsung oleh generasi mendatang bukan hanya melalui rekaman CD music atau dalam bentuk digital file.
Opini : Bikin ngantuk nih lagu ini . . 



Musik Dangdut



Musik Dangdut
Mengistilahkan sebagai musik akar rumput pada jenis musik ini mengungkapkan betapa dangdut bagian tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Mendekatkan dangdut pada sosio kultur kehidupan rakyat wong cilik adalah prinsip yang mutlak di pegang oleh sebagian besar masyarakat kita. Ketika bertandang ke Pub Amerika, lalu ditanya, “whats music of ur country?”, Anda tak mungkin menjawab, Hip hop, Pop, atau Reggae, kecuali ada keangkuhan di hati, atau otak anda miring setengah waras. Jawabnya “dangdut is the music of my country”,jelas dan mengena. Mau atau tidak mau, yah begitulah adanya. Ini jika anda ber_WNI.

Bagi sejumlah orang, Dangdut tetap ingin diletakkan pada posisi marginal dalam kancah heterogenitas music tanah air. Entah mengapa, sedari awal pemosisian ini telah coba ditanam kuat. Missal, dangdut itu identik dengan layar tancap, dulu film-film Rhoma diputar di acara sedekahan desa, atau 17an. Dangdut adalah music wajib di terminal-terminal, warung-warung kaki lima hingga yang remang-remang. Dangdut cocok untuk iklan obat gosok, masuk angin, atau iklan layanan masyarakat_KBS_kalangan bawah sekali. Sebagain besar pengamen ibu kota menyanyikan lagu dangdut di Bus2, KA, Angkot, Lamongan, atau emperan. Pun bila anda suka dangdut, teman-teman lain akan senyum simpul_sembari tertawa. “Katro ni orang,” meminjam istilah Tukul Arwana.

Dangdut adalah bagian dari sebuah tema masyarakat KBS. Anggapan sebagian besar orang, Ia tak cocok ditempatkan atau disejajarkan dengan jenis hip hop, dkk yang belakangan hadir di permusikan tanah air. Padahal, selain dangdut, anda bisa mendengar Peterpan, Radja, Dewa, Mariah Carey bahkan Bob Marley di toilet-toilet umum, kaki lima pasar tradsional, atau panti pijat. Mempertanyakan kenapa stereotif music akar rumput melekat pada dangdut jelas mempesona dan mengundang beragam jawab. Ketika dangdut hanya dianggap sebagai sebuah genre music, itu bukan masalah. Mendekatkan dangdut pada massa strata terbawah juga ada benar. Tetapi ketika mendeskreditkan dangdut adalah music kacangan dan menempatkan dia pada posisi music ecek-ecek, ini masalah bisa juga mengundang masalah. Apalagi memegang prinsip dangdut adalah lagu untuk orang miskin. Ini luar biasa_luar biasa ngawur.

Sejarah Awal

Bicara sejarahnya, Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang berkembang di tanah air. Bentuk musik ini berakar dari musik Melayu pada 1940-an. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi). Perubahan arus politik Indonesia di akhir 1960-an membuka masuknya pengaruh musik barat yang kuat dengan masuknya penggunaan gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya. Sejak 1970-an dangdut boleh dikatakan telah matang dalam bentuknya yang kontemporer. Sebagai musik populer, dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh bentuk musik lain, mulai dari keroncong, langgam, degung, gambus, rock, pop, bahkan house music.

Penyebutan nama "dangdut" merupakan onomatope dari suara permainan tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang saja) yang khas dan didominasi oleh bunyi dang dan ndut. Nama ini sebetulnya adalah sebutan sinis dalam sebuah artikel majalah awal 1970-an bagi bentuk musik melayu yang sangat populer di kalangan masyarakat bawah.

Dangdut kontemporer telah berbeda dari akarnya, musik Melayu, meskipun orang masih dapat merasakan sentuhannya. Orkes Melayu (biasa disingkat OM, sebutan yang masih sering dipakai untuk suatu grup musik dangdut) yang asli menggunakan alat musik seperti gitar akustik, akordeon, rebana, gambus, dan suling, bahkan gong. Pada tahun 1950-an dan 1960-an banyak berkembang orkes-orkes Melayu di Jakarta yang memainkan lagu-lagu Melayu Deli dari Sumatera (sekitar Medan). Pada masa ini mulai masuk eksperimen masuknya unsur India dalam musik Melayu. Perkembangan dunia sinema pada masa itu dan politik anti-Barat dari Presiden Sukarno menjadi pupuk bagi grup-grup ini. Dari masa ini dapat dicatat nama-nama seperti P. Ramlee (dari Malaya), Said Effendi (dengan lagu Seroja), Ellya (dengan gaya panggung seperti penari India), Husein Bawafie sang pencipta Boneka dari India, Munif Bahaswan, serta M. Mashabi (pencipta skor film "Ratapan Anak Tiri" yang sangat populer di tahun 1970-an).

Gaya bermusik masa ini masih terus bertahan hingga 1970-an, walaupun pada saat itu juga terjadi perubahan besar di kancah musik Melayu yang dimotori oleh Soneta Group pimpinan Rhoma Irama. Beberapa nama dari masa 1970-an yang dapat disebut adalah Mansyur S., Ida Laila, A. Rafiq, serta Muchsin Alatas. Populernya musik Melayu dapat dilihat dari keluarnya beberapa album pop Melayu oleh kelompok musik pop Koes Plus di masa jayanya.

Dangdut modern, yang berkembang pada awal tahun 1970-an sejalan dengan politik Indonesia yang ramah terhadap budaya Barat, memasukkan alat-alat musik modern Barat seperti gitar listrik, organ elektrik, perkusi, terompet, saksofon, obo, dan lain-lain untuk meningkatkan variasi dan sebagai lahan kreativitas pemusik-pemusiknya. Mandolin juga masuk sebagai unsur penting. Pengaruh rock (terutama pada permainan gitar) sangat kental terasa pada musik dangdut. Tahun 1970-an menjadi ajang 'pertempuran' bagi musik dangdut dan musik rock dalam merebut pasar musik Indonesia, hingga pernah diadakan konser 'duel' antara Soneta Group dan God Bless. Praktis sejak masa ini musik Melayu telah berubah, termasuk dalam pola bisnis bermusiknya.

Pada paruh akhir dekade 1970-an juga berkembang variasi "dangdut humor" yang dimotori oleh OM Pancaran Sinar Petromaks (PSP). Orkes ini, yang berangkat dari gaya musik melayu deli, membantu diseminasi dangdut di kalangan mahasiswa. Subgenre ini diteruskan, misalnya, oleh OM Pengantar Minum Racun (PMR) dan, pada awal tahun 2000-an, oleh Orkes Pemuda Harapan Bangsa (PHB).

Bangunan lagu

Meskipun lagu-lagu dangdut dapat menerima berbagai unsur musik lain secara mudah, bangunan sebagian besar lagu dangdut sangat konservatif, sebagian besar tersusun dari satuan delapan birama 4/4. Jarang sekali ditemukan lagu dangdut dengan birama 3/4, kecuali pada lagu-lagu masa Melayu Deli (contoh: Burung Nuri). Lagu dangdut juga miskin improvisasi, baik melodi maupun harmoni. Sebagai musik pengiring tarian, dangdut sangat mengandalkan ketukan tabla dan sinkop.

Intro dapat berupa vokal tanpa iringan atau berupa permainan seruling, selebihnya merupakan permainan gitar atau mandolin. Panjang intro dapat mencapai delapan birama. Bagian awal tersusun dari delapan birama, dengan atau tanpa pengulangan. Jika terdapat pengulangan, dapat disela dengan suatu baris permainan jeda. Bagian ini biasanya berlirik pengantar tentang isi lagu, situasi yang dihadapi sang penyanyi.

Lagu dangdut standar tidak memiliki refrain, namun memiliki bagian kedua dengan bangunan melodi yang berbeda dengan bagian pertama. Sebelum memasuki bagian kedua biasanya terdapat dua kali delapan birama jeda tanpa lirik. Bagian kedua biasanya sepanjang dari dua kali delapan birama dengan disela satu baris jeda tanpa lirik. Di akhir bagian kedua kadang-kadang terdapat koda sepanjang empat birama. Lirik bagian kedua biasanya berisi konsekuensi dari situasi yang digambarkan bagian pertama atau tindakan yang diambil si penyanyi untuk menjawab situasi itu.

Setelah bagian kedua, lagu diulang penuh dari awal hingga akhir. Lagu dangdut diakhiri pada pengulangan bagian pertama. Jarang sekali lagu dangdut diakhiri dengan fade away.

Interaksi dengan musik lain

Dangdut sangat elastis dalam menghadapi dan mempengaruhi bentuk musik yang lain. Lagu-lagu barat populer pada tahun 1960-an dan 1970-an banyak yang didangdutkan. Genre musik gambus dan kasidah perlahan-lahan hanyut dalam arus cara bermusik dangdut. Hal yang sama terjadi pada musik tarling dari Cirebon sehingga yang masih eksis pada saat ini adalah bentuk campurannya: tarlingdut.

Musik rock, pop, disko, house bersenyawa dengan baik dalam musik dangdut. Demikian pula yang terjadi dengan musik-musik daerah seperti jaipongan, degung, tarling, keroncong, langgam Jawa (dikenal sebagai suatu bentuk musik campur sari yang dinamakan congdut, dengan tokohnya Didi Kempot), atau zapin.

Mudahnya dangdut menerima unsur 'asing' menjadikannya rentan terhadap bentuk-bentuk pembajakan, seperti yang banyak terjadi terhadap lagu-lagu dari film ala Bollywood dan lagu-lagu latin. Kopi Dangdut, misalnya, adalah "bajakan" lagu yang populer dari Venezuela.
Memposisikan Dangdut

Sama seperti halnya Anda ke warung Padang, Jika anda beli rendang, teman satu lagi beli kikil, tak mungkin lah anda lalu menyimpulkan ia makan menu tak bermutu. Enggak logis banget. Sama seperti halnya dengan bermusik, jika suka dangdut tak bisa kita berfikir ini music rendahan banget. Its only about how to behave in difference!. Ini adalah sebuah perbedaan sahaja. Lalu karena berbeda lah, ada penyikapan secara adil dan proporsional terhadapnya.

Harus diakui, dangdut tak bisa dilepaskan dari tarian dan goyangan erotis, semisal polemik besar kebudayaan di Indonesia pada tahun 2003 akibat protes Rhoma Irama nya terhadap gaya panggung penyanyi dangdut dari Jawa Timur, Inul Daratista, dengan goyang ngebor-nya yang dicap dekaden serta "merusak moral". Jauh sebelumnya, dangdut juga telah mengundang perdebatan dan berakhir dengan pelarangan panggung dangdut dalam perayaan Sekaten di Yogyakarta. Perdebatan muncul lagi-lagi akibat gaya panggung penyanyi (wanita)-nya yang dinilai terlalu "terbuka" dan berselera rendah, sehingga tidak sesuai dengan misi Sekaten sebagai suatu perayaan keagamaan. Baru baru ini Majelis Ulama Indonesia di berbagai daerah melarang beberapa penyanyi dangdut untuk mengisi acara pilkada.

Dangdut memang disepakati banyak kalangan sebagai musik yang membawa aspirasi kalangan masyarakat kelas bawah dengan segala kesederhanaan dan kelugasannya. Ciri khas ini tercermin dari lirik serta bangunan lagunya. Gaya pentas yang sensasional tidak terlepas dari nafas ini. Fenomena ini yang menjadi salah satu penilaian rendahnya music dangdut.

Berbicara atraksi seni, pada music hip hop, juga dengan mudah ditemukan penyanyi yang vulgar, atraksi ngedance yang mengundang selera. Pada music lain juga kita masih bisa lihat dan saksikan penampilan artis yang seksi abis. Bahkan pada beberapa konser music pop atau rock, penonton ada yang tawuran, sampai bunuh membunuh. Ingat konser, music underground di Bandung beberapa waktu lalu yang memakan korban jiwa anak muda.

Harus ada penyamaan pemikiran dalam penilaian sebuah kreativitas seni. Menyamaratakan dangdut sebagai music katro dan tak layak adalah distorsi sebuah karya seni. Sungguh sebuah ketidak adilan yang sengaja dibiarkan tumbuh dan berkembang.
Isu Kapitalisme. 
Opini : Saya paling males banget dengernya . .